Bungee Jumping Yang Bikin Nagih

Saya seorang adrenaline junkie? Ga juga sih. Hanya saja saya senang dan mau melakukannya jika didukung dengan peralatan keamanan yang memadai. Jadi tinggal siapin mentalnya saja.

Advertisements

Kalo main ke dufan misalnya, saya pasti coba wahan-wahana yang menantang seperti kora-kora misalnya, dan harus duduk paling belakang agar ayunannya lebih kencang. Lebih kencang dan lebih tinggi, lebih bagus. Kalau belum dapat posisi yang saya inginkan, ya menunggu antrian selanjutnya. Begitu juga dengan Roller Coaster, saya harus duduk paling depan, atau yang paling baru wahana hysteria misalnya. Bahkan lebih anehnya, pesawat yang turbulence sesekali saja, saya bisa kesenangan (tapi catat ya, sesekali tapi ga sampai bahaya) hehehe.

Selain bungee jumping, di Bali saya juga pernah mencoba slingshot yang berlokasi di Jl. Kartika Plaza, Tuban, sepelemparan batu dari Discovery Mall. Slingshot tersebut berupa kapsul berbahan kerangka besi dimana kedua sisinya terdapat tali karet dan terhubung ke menara yang menopang kedua sisinya. Persis seperti ketapel. Sama halnya dengan bungee jumping, sebelum mulai menaiki wahana tersebut kita harus menandatangi surat persetujuan dulu, ga bakal menuntut operatornya (ga aman juga ya hehe).

Baca juga: Rekomendasi tempat wisata di Bali versi virustraveling (semuanya instagramable)

 

Update:
Slingshot yang di jl. Kartika Plaza sudah ga ada lagi, sekarang ada 5GX Max Reverse Bungy di Jl. Legian, persis di depan Sky Garden.

Bagi saya, pengalaman menaiki wahana ini seru banget meski jantung copot saking serunya.

Setelah kita ‘ditembakkan’ ke udara, saya hanya bisa teriak “aaaaaaaaaaaaaaa…(tarik nafas dikit) aaaaaaaaaaaaa…”diputar kedepan, diputar kebelakang. Ketika keluar dari krangkeng besi itu saya pun ga kuat berdiri sambil diliatin masyarakat dan bule-bule yang lewat. Teman wanita saya yang ikut naik wahana itu cuma bisa menangis sambil tertawa.

Pengalaman bungee jumping pertama yang saya lakukan beberapa tahun silam tepatnya Maret 2011 di daerah Double Six, Legian-Bali. Waktu itu operator bungee jumping AJ-Hackeet masih buka disana. Sayangnya, sejak April 2011, operatornya sudah berhenti operasi di Bali.

Ketika tiba di lokasi dan proses registrasi, perasaan saya masih normal hingga naik menuju anjungan.

Di lift saya sudah mulai deg-degan.

“What am I doing? Kau yakin mau lompat, Bob?”, batin saya sambil memandang jauh kearah pantai Legian berlatar samudera biru yang memang jelas terlihat dari atas. Meski akhirnya saya mempersilahkan seorang bule asal Canada untuk melompat duluan.

Tak lama setelah si bule lenyap dalam lompatannya, kini giliran saya karena memang tak ada lagi antrian dibelakang saya.

Advertisements

Seketika denyut jantung saya berdegup dengan kencang.

Yap, sudah selesai! Kamu berjalan kepinggir, lompat dengan kepala duluan ya”. Gitu aba-aba dari bli-bli operatornya.

Saya diam dan cuma menggangguk tanda mengerti. Setelah memastikan kaki terikat dengan sempurna, saya kemudian berjalan ke pinggir anjungan.

Duh, tinggi juga ternyata yah (telat mikir), but show must go on kan ya. Konsentrasi saya buyar seketika saat mencoba menghitung ketinggiannya, saya pun melompat dengan kaki duluan.

Sedetik kemudian, “waaaaaaaaaaaaaaaaaa…” teriak saya sekencang-kencangnya. Gara-gara kaki duluan, jadilah saya berayun-ayun kesana kemari.

virustraveling bungee jumping bali

bungee jumping bali

Bagi saya, atraksi melompat bungee jumping merupakan pengalaman mendebarkan dan bikin jantung copot tapi seru. Mau coba ditempat lain? Iyalah, pasti! Bikin nagih soalnya.

Wish list saya berikutnya ada di Macau Sky Tower dengan ketinggian 233m, tertinggi nomor 2 didunia dan The Nevis Highwire di New Zealand dengan ketinggian 134m diatas sungai Nevis. Semoga kesampean deh.

Traveling sambil olahraga adrenalin bungee jumping. Why not?

Video Penampakan:

Scroll to Top