Hampir Kena Modus Penipuan di Bangkok

Jari-jari saya bolak-balik memeriksa koneksi jaringan Wifi disekitar saya waktu itu. Wifi yang saya maksud adalah jaringan hotspot dari HP teman saya. Ya, kami memang sengaja hanya membeli satu saja nomor lokal Thailand – Dtac – dan memilih mengaktifkan paket traveler 7 hari selama liburan ke Bangkok, kemudian mengaktifkan fitur hotspot demi eksis di sosial media semata. Irit dan yang dibutuhkan memang hanya jaringan internet untuk eksis selama traveling hahaha. Ternyata dia sudah diluar jangkauan HP saya.

Advertisements

“Kemana mereka berdua?”, tanya saya kepada teman lain yang sedang transaksi menukarkan pecahan mata uang ringgit Malaysia-nya ke dalam mata uang Thailand.

“Ke Sevel itu”, jawabnya ringan. Kami pun segera menyusul kedua teman saya menuju seven-eleven yang berada tidak jauh dari Money Changer tempat kami berada.

Modus penipuan di Bangkok
711 Pratunam Market Bangkok, lokasi kejadian.

Malam itu kami baru saja berjalan menyusuri jalan yang berada diseberang Platinum Building menuju arah Pratunam Market yang katanya buka hingga malam. Ternyata disepanjang jalan sudah banyak penjual beberes menutup dagangannya. Semenjak #BangkokShutdown dan demonstrasi besar-besaran terjadi di Bangkok, banyak pusat perbelanjaan yang tutup lebih cepat dari biasanya. Di Platinum sendiri, jam 7 malam sudah banyak toko yang tutup.

Masuk ke Sevel seperti biasa saja tanpa ada firasat apa-apa sambil mencari apa yang menggoda untuk saya beli karena memang tidak niat untuk membeli sesuatu pula disitu. Mata saya berkeliling mencari kesibukan sambil menunggu teman-teman yang mencari keperluannya hingga akhirnya saya tertuju pada teman saya, Kholik, sedang berbincang dengan seorang pemuda arab, yang menurut pengakuannya dari Saudi Arabia. Disinilah keanehan dimulai.

“Are you moslem? Are you from Indonesia?” tanya seorang pemuda Arab asal Saudi Arabia.

“Yes”, jawab Kholik singkat.

Advertisements

“Assalamualaikum, apa kabar?” tanya pemuda Arab lagi menggunakan bahasa Indonesia sambil menjabat tangan teman saya itu.

Dalam perbincangan mereka, awalnya pemuda Arab tersebut bertanya dan minta tolong untuk dilihatkan Cambodia Soup yang halal – yang ternyata sevel tidak ada menjual produk tersebut. Sambil berkeliling pemuda itu kemudian mengutarakan ingin berlibur ke Bali dalam waktu dekat sambil menunjukkan dompetnya yang berisi pecahan USD dalam jumlah besar. Ia ingin tahu berapa kurs IDR saat itu dan ingin melihat pecahan mata uang rupiah.

Teman saya yang lain, Richie, kemudian bergabung dalam obrolan itu dan memberi contoh pecahan 20 ribu rupiah, 50 ribu dan 100 ribu. Dia bertanya apakah ada pecahan yang lebih besar lagi dari itu, sambil memegang duit dan mengatakan untuk mengeluarkan saja semua uang rupiah dari dalam  amplop tersebut. Namun, ditolak oleh teman saya. Saat itu, kecurigaan kami sudah demikian kuat dengan pemuda itu dan mengakhiri perbincangan tersebut.

Kecurigaan saya, modus penipuan pemuda tersebut ingin menukarkan uang USD yang menurut dugaan saya adalah palsu dengan mata uang manapun atau memang targetnya adalah warga Negara Indonesia atau Malaysia yang memiliki kesamaan. Entahlah, ini hanya dugaan saya saja. Saya sendiri, jika ingin traveling ke luar negeri dan menukar mata uang Negara tersebut, saya tidak terlalu peduli seperti apa bentuk uang itu, namun lebih kepada nilai yang tertera di uang tersebut (misalnya 10 baht, 100 baht, 500 baht atau 1000 baht).

Pesan saya, kemana pun kita traveling, dalam dan luar negeri, tetaplah menaruh waspada disekitar kita.

Happy traveling!

Scroll to Top